BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kemiskinan adalah sebuah
topik yang dibicarakan hampir diseluruh dunia. kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Pembangunan di Indonesia
saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat,
baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak
tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan
kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh
pembangunan membawa dampak yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks,
karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkaran kemiskinan
Lingkaran kemiskinan didefinisikan sebagai suatu
rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan
suatu kondisi dimana sebuah negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak
kesulitan untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi.
Konsep lingkaran kemiskinan menganggap bahwa :
- Ketidak
mampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup.
- Kurangnya
faktor pendorong untuk kegiatan penanaman modal
- Tingkat
pendidikan masih rendah, merupakan tiga faktor utama yang menghambat
proses pembentukan modal dan pembangunan ekonomi di berbagai negara yang
sedang berkembang.
Dampak
Kemiskinan
Dampak
Kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, diantaranya:
- Penganguran
- Kekerasan
- Pendidikan
- Kesehatan
- Prostitusi
- Konflik
Seperti
telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks
yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme sosial, ekonomi dan politik
yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengetasan kemiskinan secara tuntas
menuntut peninjauan sampai keakar masalah, jadi, memang tak ada jalan pintas
untuk mengetaskan masalah kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak bisa secara
tergesa-gesa. Komitmen pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan tercantum dalam
rencana pembangunan jangka menengah yang disusun berdasarkan strategi nasional
penanggulangan kemiskinan(SNPK). Disamping turut menandatangani tujuan
pembangunan milenium, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan
pokok dalam mengetaskan kemiskinan.
Contoh kasus :
Akhir-akhri ini kita dikejutkan dengan menaiknya
harga kedele sebagai bahan tempe dan tahu secara tidak rasional, sehingga tidak
sedikit pengusaha yang memproduksi makanan rakyat ini terpaksa gulung tikar,
kerena tidak sanggup membeli kedele yang harganya yang membumbung tinggi. Bakan
tidak sedikit rakyat yang hidupnya pas-pasan kebingungan untuk mencari lauk
pengganti tahu dan tempe yang terjangkau harganya dengan penghasilan mereka.
Sebelum ini, kita juga telah dikejutkan oleh naiknya
harga minyak goreng yang tidak rasional yang berdampak negatif pula terhadap
rakyat kecil dan usaha-usaha rumah tangga. Di samping itu, barang-barang
kebutuhan lain berangsur-angsur naik harganya dengan rasional. Tidak kalah
penting, minyak tanah sebagai bahan bakar yang paling dominan dipakai oleh
orang miskin di samping harganya yang mahal juga sangat sulit untuk diperoleh.
Sementara kompor gas untuk orang miskin yang disubsidi pemerintah tidak
mencukupi kerena jumlahnya terbatas pada wilayah tertentu.
Kenaikan-kenaikan harga barang yang sangat akrab
dengan rakyat kecil ini, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
tingkat kesejahteraan mereka dan meningkatnya angka kemiskinan. Jika menilik
data kemiskinan tahun 2006, di negara ini masih terlihat orang miskin sebanyak
39,05 juta jiwa. Dimana pada tahun 2007 jumlahnya tetap meningkat. Sedangkan
memasuki tahun 2008 ini orang miskin masih belum luput dari permasalahan,
mereka diperkiran akan meningkat jumlahnya mengingat melonjaknya harga
barang-barang yang akrab dalam kesehariannya. Dari realita tahun 2005 dan 2006,
pengaruh kenaikan harga barang-barang ini telah menyumbangkan terhadap angka
kemiskinan dari 70, 54% menjadi 74,99% (BPS 2006).
Maka dengan kenaikan harga tempe, tahu dan minyak
makan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap angka
kemiskinan. Apalagi, saat sekarang subsidi terhadap orang miskin tidak jelas
keberadaannya, maka tahun 2008 diprediksikan orang miskin akan bertambah dari
tahun sebelumnya. Di samping itu, dengan gulung tikarnya beberapa usaha tempe
dan tahu, tentu juga menambah deretan angka pengangguran di negeri ini.
Orang miskin komoditi politik .Dari realitas yang
dihadapi oleh orang miskin di negeri ini dapat dikatakan potret kehidupan
sosial mereka masih suram. Mereka belum banyak ditenggarai oleh program-program
yang mensejahterakan. Nasib mereka baru tersentuh dalam permainan kampanye
partai politik. Seluruh partai politik yang ikut dalam pemilihan umum pasti
menawarkan janji-janji manis yang menyulap perubahan nasib para kelompok yang
dijuluki wong cilik ini. Nasib orang miskin terjebak dalam komoditi politik dan
masih terperangkap dalam harapan-harapan yang semu. Mereka belum ada yang
memperjuangkan untuk keluar dari kemiskinan. Dewa penyelamat orang miskin,
hanya dirinya sendiri. Belum ada gebrakan yang signifikan nampak dari berbagai
kalangan. Orang miskin di Indonesia, sangat memerlukan think tank yang merubah
nasibnya, seperti yang tengah terjadi di Peru, di mana orang-orang miskin di
negera tersebut sedang diperdayakan dengan sungguh-sungguh oleh seorang pemikir
ekonomi yang bernama Hernando de Soto. Di Indonesia, orang miskin sedang
menunggu sentuhan tangan yang sungguh-sungguh tersebut dan mereka sudah bosan
berada dalam janji-jani politik.
Nasib orang miskin yang tidak kunjung berubah,
mereka selalu dibebenai oleh kenaikan harga. Bahkan tempe dan tahu yang telah
menjadi ikon konsumsi orang miskin harganya pun ikut terseret menyudutkan nasib
mereka. Maka semakin lengkap penderitaan orang miskin di negeri ini. Yang
tersisa bagi orang miskin adalah, sebuah harapan menjadi kenyataan, bagaimana
mereka untuk dapat keluar dari ”pesakitan” hidup yang tidak berpihak pada
mereka itu.
Orang-orang miskin sudah lelah menghadapi realitas
yang serba tidak memberikan ”pengertian”. Dalam menghadapi pemilu tahun 2009,
akankah orang-orang miskin yang lelah ini menjadi komediti politik? Secara
pasti mereka akan tetap menjadi langganan komoditi kampanye oleh partai
politik. Kapan potret buram orang miskin ini akan mampu dicut ? jawabannya
tidak pasti, mengingat lambannya program pemerintah yang menyentuh mereka dan
tidak adanya gebarakanya yang signifikan dari berbagai kalangan. Bahkan orang
miskin, sering berada dalam lompatan program pemerintah yang gagal. Lihat
misalnya, semenjak era orde baru telah dicoba mengentaskan kemiskinan dengan
program Inspres Desa Tertinggal (IDT) hasilnya pun gagal dan tidak signifikan
hanya menjadi projek pemerintah. Kemudian, memasuki era krisis moneter
pengentasan kemiskinan dilakukan dengan program Jaringan Pengaman Sosial (JPS),
nasibnya pun tidak jauh berbeda dengan IDT. Orang miskin hanya menjadi
komunitas konsumtif dan tidak menjadi produktif. Kemudian pada era pemerintahan
sekarang ini, orang miskin dipupuk dengan subsidi setengah hati. Dan pada awal
pemerintahan SBY-Kalla orang miskin mendapat pembagian raskin (beras miski) dan
uang lauk. Kemudian program ini menghadapi polemik, kerena pemberiannya banyak
tidak tepat sasaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Indonesia merupakan Negara
yang cukup tinggi dalam tingkat kemiskinannya. Banyak program program yang
dilakukan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Namun hingga saat ini belum
dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
SARAN
Peran pemerintah dalam
hal ini sangat besar diantaranya dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas .dan pemerintah harus lebih menggali potensi sumber daya alam indonesia.
Daftar Pustaka