Sabtu, 22 Juni 2013

POLITIK DAN KEMISKINAN DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kemiskinan adalah sebuah topik yang dibicarakan hampir diseluruh dunia. kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks, karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkaran kemiskinan
Lingkaran kemiskinan didefinisikan sebagai suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan suatu kondisi dimana sebuah negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi.
Konsep lingkaran kemiskinan menganggap bahwa :
  • Ketidak mampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup.
  • Kurangnya faktor pendorong untuk kegiatan penanaman modal
  • Tingkat pendidikan masih rendah, merupakan tiga faktor utama yang menghambat proses pembentukan modal dan pembangunan ekonomi di berbagai negara yang sedang berkembang.
Dampak Kemiskinan
Dampak Kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, diantaranya:
  1. Penganguran
  2. Kekerasan
  3. Pendidikan
  4. Kesehatan
  5. Prostitusi
  6. Konflik
Seperti telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme sosial, ekonomi dan politik yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengetasan kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah, jadi, memang tak ada jalan pintas untuk mengetaskan masalah kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak bisa secara tergesa-gesa. Komitmen pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah yang disusun berdasarkan strategi nasional penanggulangan kemiskinan(SNPK). Disamping turut menandatangani tujuan pembangunan milenium, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam mengetaskan kemiskinan.
Contoh kasus :
Akhir-akhri ini kita dikejutkan dengan menaiknya harga kedele sebagai bahan tempe dan tahu secara tidak rasional, sehingga tidak sedikit pengusaha yang memproduksi makanan rakyat ini terpaksa gulung tikar, kerena tidak sanggup membeli kedele yang harganya yang membumbung tinggi. Bakan tidak sedikit rakyat yang hidupnya pas-pasan kebingungan untuk mencari lauk pengganti tahu dan tempe yang terjangkau harganya dengan penghasilan mereka.
Sebelum ini, kita juga telah dikejutkan oleh naiknya harga minyak goreng yang tidak rasional yang berdampak negatif pula terhadap rakyat kecil dan usaha-usaha rumah tangga. Di samping itu, barang-barang kebutuhan lain berangsur-angsur naik harganya dengan rasional. Tidak kalah penting, minyak tanah sebagai bahan bakar yang paling dominan dipakai oleh orang miskin di samping harganya yang mahal juga sangat sulit untuk diperoleh. Sementara kompor gas untuk orang miskin yang disubsidi pemerintah tidak mencukupi kerena jumlahnya terbatas pada wilayah tertentu.

Kenaikan-kenaikan harga barang yang sangat akrab dengan rakyat kecil ini, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka dan meningkatnya angka kemiskinan. Jika menilik data kemiskinan tahun 2006, di negara ini masih terlihat orang miskin sebanyak 39,05 juta jiwa. Dimana pada tahun 2007 jumlahnya tetap meningkat. Sedangkan memasuki tahun 2008 ini orang miskin masih belum luput dari permasalahan, mereka diperkiran akan meningkat jumlahnya mengingat melonjaknya harga barang-barang yang akrab dalam kesehariannya. Dari realita tahun 2005 dan 2006, pengaruh kenaikan harga barang-barang ini telah menyumbangkan terhadap angka kemiskinan dari 70, 54% menjadi 74,99% (BPS 2006).
Maka dengan kenaikan harga tempe, tahu dan minyak makan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Apalagi, saat sekarang subsidi terhadap orang miskin tidak jelas keberadaannya, maka tahun 2008 diprediksikan orang miskin akan bertambah dari tahun sebelumnya. Di samping itu, dengan gulung tikarnya beberapa usaha tempe dan tahu, tentu juga menambah deretan angka pengangguran di negeri ini.
Orang miskin komoditi politik .Dari realitas yang dihadapi oleh orang miskin di negeri ini dapat dikatakan potret kehidupan sosial mereka masih suram. Mereka belum banyak ditenggarai oleh program-program yang mensejahterakan. Nasib mereka baru tersentuh dalam permainan kampanye partai politik. Seluruh partai politik yang ikut dalam pemilihan umum pasti menawarkan janji-janji manis yang menyulap perubahan nasib para kelompok yang dijuluki wong cilik ini. Nasib orang miskin terjebak dalam komoditi politik dan masih terperangkap dalam harapan-harapan yang semu. Mereka belum ada yang memperjuangkan untuk keluar dari kemiskinan. Dewa penyelamat orang miskin, hanya dirinya sendiri. Belum ada gebrakan yang signifikan nampak dari berbagai kalangan. Orang miskin di Indonesia, sangat memerlukan think tank yang merubah nasibnya, seperti yang tengah terjadi di Peru, di mana orang-orang miskin di negera tersebut sedang diperdayakan dengan sungguh-sungguh oleh seorang pemikir ekonomi yang bernama Hernando de Soto. Di Indonesia, orang miskin sedang menunggu sentuhan tangan yang sungguh-sungguh tersebut dan mereka sudah bosan berada dalam janji-jani politik.
Nasib orang miskin yang tidak kunjung berubah, mereka selalu dibebenai oleh kenaikan harga. Bahkan tempe dan tahu yang telah menjadi ikon konsumsi orang miskin harganya pun ikut terseret menyudutkan nasib mereka. Maka semakin lengkap penderitaan orang miskin di negeri ini. Yang tersisa bagi orang miskin adalah, sebuah harapan menjadi kenyataan, bagaimana mereka untuk dapat keluar dari ”pesakitan” hidup yang tidak berpihak pada mereka itu.
Orang-orang miskin sudah lelah menghadapi realitas yang serba tidak memberikan ”pengertian”. Dalam menghadapi pemilu tahun 2009, akankah orang-orang miskin yang lelah ini menjadi komediti politik? Secara pasti mereka akan tetap menjadi langganan komoditi kampanye oleh partai politik. Kapan potret buram orang miskin ini akan mampu dicut ? jawabannya tidak pasti, mengingat lambannya program pemerintah yang menyentuh mereka dan tidak adanya gebarakanya yang signifikan dari berbagai kalangan. Bahkan orang miskin, sering berada dalam lompatan program pemerintah yang gagal. Lihat misalnya, semenjak era orde baru telah dicoba mengentaskan kemiskinan dengan program Inspres Desa Tertinggal (IDT) hasilnya pun gagal dan tidak signifikan hanya menjadi projek pemerintah. Kemudian, memasuki era krisis moneter pengentasan kemiskinan dilakukan dengan program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), nasibnya pun tidak jauh berbeda dengan IDT. Orang miskin hanya menjadi komunitas konsumtif dan tidak menjadi produktif. Kemudian pada era pemerintahan sekarang ini, orang miskin dipupuk dengan subsidi setengah hati. Dan pada awal pemerintahan SBY-Kalla orang miskin mendapat pembagian raskin (beras miski) dan uang lauk. Kemudian program ini menghadapi polemik, kerena pemberiannya banyak tidak tepat sasaran.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Indonesia merupakan Negara yang cukup tinggi dalam tingkat kemiskinannya. Banyak program program yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Namun hingga saat ini belum dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
SARAN
Peran pemerintah dalam hal ini sangat besar diantaranya dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas .dan pemerintah harus lebih menggali potensi sumber daya alam indonesia.  


Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar